Alasan OPM Semakin Dijauhi Warga Papua

Organisasi Papua Merdeka (OPM) telah masif memprovokasi anak muda untuk bergabung bersama untuk berdemonstrasi pada 1 Desember 2019 lalu. Namun, sikap dingin masyarakat terhadap 1 Desember 2019 menunjukkan bahwa OPM semakin ditolak masyarakat Papua dan Papua Barat.

Dengan melakukan aksi unjuk rasa seperti seruan OPM dan Free West Papua antara lain terjadi di depan Gong Perdamaian, Kota Ambon, Maluku, puluhan orang menuntut pemberian hak menentukan nasib sendiri bagi bangsa West Papua dan bebaskan tahanan politik Papua.

2

Dalam aksi unjuk rasa tersebut, salah seorang tokoh pemuda Papua yaitu Erwin Abisay mengatakan, agar peserta aksi menghentikan aksinya dan tidak perlu menuntut merdeka. Pihaknya mengajak agar seluruh mahasiswa Papua yang studi agar menyelesaikan studinya dengan baik karena Papua belum merdeka dari bidang pendidikan.

Jelas pernyataan Abisay ini adalah pernyataan yang benar, karena generasi Papua yang paham sejarah Papua jelas tidak akan mau menuntut kemerdekaan Papua. Sementara itu, di Jalan Pierre Tendean, Kota Manado, Sulawesi Utara, terdapat tulisan “Freedom Papua” yang konon kabarnya sudah ditulis sejak dua minggu yang lalu oleh OTK, namun kurang mendapatkan perhatian dari aparat pemerintah setempat.

Sedangkan, hal lain terkait peringatan HUT OPM ini yaitu terjadi peristiwa penangkapan 4 orang jemaat Misa di Gereja Katolik Gembala Baik Abepura yang kedapatan membawa bendera bintang Kejora, dimana masalah ini langsung direspons Veronica Koman melalui twitternya yang aktif mempostingnya.

Jika kelompok pendukung OPM hanya segelintir orang yang melakukan unjuk rasa, maka sebaliknya masyarakat Papua terutama generasi mudanya tidak lagi mempercayai propaganda ULMWP, OPM, AMP, KNPB. Justru para pemuda Papua di beberapa daerah melakukan aksi damai memperkuat integrasi Papua dalam NKRI. 

Dari berbagai fenomena diatas, maka masyarakat Indonesia semakin yakin bahwa mereka masih memiliki saudara-saudara di Papua sebagai sebuah bangsa yang kokoh. Perkembangan tersebut menunjukkan banyak masyarakat Indonesia kurang setuju dengan ide “referendum is solution for Papua’s case” yang diteriakkan Benny Wenda, Veronica Koman dan Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), karena masyarakat dan pemuda Papua sendiri masih cinta Indonesia, karena Indonesia adalah Papua dan Papua adalah Indonesia.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.