"Kami Cinta Indonesia, Tak Ada Yang Bisa Renggut Bendera Ini Dari Tangan Saya.
Kabupaten Fakfak selalu dikenal sebagai kota yang menjunjung tinggi nilai toleransi dan keberagaman. Fakfak menjadi salah satu simbol ketentraman di tanah Papua, dengan berbagai macam etnis dan agama yang tercamput di dalamnya.
.
Namun akibat hembusan provokasi dari Benny Wenda dan Veronica Koman di media social, Fakfak tiba-tiba menjadi panas.
.
Aksi Saman dan warga di Kota Fakfak tak pernah direncanakan. Warga marah, aksi unjuk rasa yang sebelumnya digagas damai menjadi brutal. Padahal kesepakatannya, demo akan berlangsung damai dan mengusung anti rasisme dan seluruh masyarakat Fakfak pasti mendukung.
.
Samanhudin Iha (40), warga Fakfak, Papua Barat menceritakan upayanya menjaga toleransi di tempat tinggalnya. Kala itu, dia mengibarkan bendera merah putih mengadang kerumunan massa pendemo yang membawa bendera bintang kejora.
.
Saman lalu meneriakkan pekik merdeka. Dengan gagah berani, ia membawa bendera dan menggerakkan ke kanan dan kiri di tengah massa pendemo yang beringas yang mengibarkan, simbol perlawanan pergerakan Papua merdeka.
.
"Saya tidak takut mati untuk merah putih. Hari ini saya menangis untuk merah putih. Tete (kakek) saya pejuang, saya makan uang pejuang. Jangan dengar dorang (mereka), kita ada untuk merah putih. Merah putih jaga toleransi torang di Fakfak," kata Saman.
.
Saman menceritakan mulai pukul 09.00 WIT hari Rabu (21/8), massa pro Papua merdeka sudah beringas dan membakar Pasar Thumburuni, pasar terbesar di Kota Fakfak. Massa tiba-tiba datang dari arah kota, secara brutal membakar deretan kios di Jalan Baru Kota Fakfak.
.
"Sa lihat dorang bawa bendera bintang kejora. Pikiran saya su (sudah) tra (tidak) beres. Ada apa ini? Makanya kami lawan juga dengan bendera merah putih, sebagai simbol perlawanan kami dengan dengan dorang," katanya.
.
Aksi Saman memegang bendera merah putih akhirnya diikuti oleh massa yang lebih banyak lagi. Mulai dari anak kecil, mama-mama hingga orangtua. Mereka berlarian keliling kota sambil mengibarkan bendera merah putih. Tujuan gerakan ini hanya satu, yakni untuk massa pro Papua merdeka menurunkan bendera bintang kejora yang juga dipegangnya.
.
"Dorang (massa pro Papua merdeka) tidak mau turunkan benderanya. Kami juga pasti lawan. Kitorang (kami semua) sama-sama keras. Sa (saya) keras, dorang (mereka) juga keras. Kitorang baku tahan bendera. Sa dan masyarakat tak mau turunkan merah putih, tapi massa merah putih semakin banyak. Massa pro Papua merdeka akhirnya kalah dan mereka lari ke pinggiran kota. Kami pukul mundur mereka keluar kota," kata Saman mengisahkan.
.
Filosofi warga fakfak satu tungku tinga batu juga mengajarkan masyarakat Fakfak tak pernah membedakan agama satu dan yang lain, termasuk suku atau dari mana masyarakat berasal.
.
"Masyarakat Fakfak banyak yang kawin campur, dari suku lain, bahkan dari agama lain. Tetap kami satu dan tak pernah pecah. dalam satu rumah, kadang ada 2-3 agama yang berbeda. Kitorang tetap rukun. Hanya dari tata cara ibadah yang berbeda, tujuannya satu yakni Tuhan yang Maha Esa," ujarnya.
.
Satu tungku tiga batu juga seiring dengan Bhineka Tunggal Ika. Makanya, untuk mempertahankan kerukunan di Fakfak, aksi Saman tak pernah goyah dalam mempertahankan NKRI di kampungnya.
.
"Kami cinta Indonesia, tak ada yang bisa renggut bendera ini dari tangan saya. Saya rela mati demi NKRI," suara Saman bergetar.
.
Namun akibat hembusan provokasi dari Benny Wenda dan Veronica Koman di media social, Fakfak tiba-tiba menjadi panas.
.
Aksi Saman dan warga di Kota Fakfak tak pernah direncanakan. Warga marah, aksi unjuk rasa yang sebelumnya digagas damai menjadi brutal. Padahal kesepakatannya, demo akan berlangsung damai dan mengusung anti rasisme dan seluruh masyarakat Fakfak pasti mendukung.
.
Samanhudin Iha (40), warga Fakfak, Papua Barat menceritakan upayanya menjaga toleransi di tempat tinggalnya. Kala itu, dia mengibarkan bendera merah putih mengadang kerumunan massa pendemo yang membawa bendera bintang kejora.
.
Saman lalu meneriakkan pekik merdeka. Dengan gagah berani, ia membawa bendera dan menggerakkan ke kanan dan kiri di tengah massa pendemo yang beringas yang mengibarkan, simbol perlawanan pergerakan Papua merdeka.
.
"Saya tidak takut mati untuk merah putih. Hari ini saya menangis untuk merah putih. Tete (kakek) saya pejuang, saya makan uang pejuang. Jangan dengar dorang (mereka), kita ada untuk merah putih. Merah putih jaga toleransi torang di Fakfak," kata Saman.
.
Saman menceritakan mulai pukul 09.00 WIT hari Rabu (21/8), massa pro Papua merdeka sudah beringas dan membakar Pasar Thumburuni, pasar terbesar di Kota Fakfak. Massa tiba-tiba datang dari arah kota, secara brutal membakar deretan kios di Jalan Baru Kota Fakfak.
.
"Sa lihat dorang bawa bendera bintang kejora. Pikiran saya su (sudah) tra (tidak) beres. Ada apa ini? Makanya kami lawan juga dengan bendera merah putih, sebagai simbol perlawanan kami dengan dengan dorang," katanya.
.
Aksi Saman memegang bendera merah putih akhirnya diikuti oleh massa yang lebih banyak lagi. Mulai dari anak kecil, mama-mama hingga orangtua. Mereka berlarian keliling kota sambil mengibarkan bendera merah putih. Tujuan gerakan ini hanya satu, yakni untuk massa pro Papua merdeka menurunkan bendera bintang kejora yang juga dipegangnya.
.
"Dorang (massa pro Papua merdeka) tidak mau turunkan benderanya. Kami juga pasti lawan. Kitorang (kami semua) sama-sama keras. Sa (saya) keras, dorang (mereka) juga keras. Kitorang baku tahan bendera. Sa dan masyarakat tak mau turunkan merah putih, tapi massa merah putih semakin banyak. Massa pro Papua merdeka akhirnya kalah dan mereka lari ke pinggiran kota. Kami pukul mundur mereka keluar kota," kata Saman mengisahkan.
.
Filosofi warga fakfak satu tungku tinga batu juga mengajarkan masyarakat Fakfak tak pernah membedakan agama satu dan yang lain, termasuk suku atau dari mana masyarakat berasal.
.
"Masyarakat Fakfak banyak yang kawin campur, dari suku lain, bahkan dari agama lain. Tetap kami satu dan tak pernah pecah. dalam satu rumah, kadang ada 2-3 agama yang berbeda. Kitorang tetap rukun. Hanya dari tata cara ibadah yang berbeda, tujuannya satu yakni Tuhan yang Maha Esa," ujarnya.
.
Satu tungku tiga batu juga seiring dengan Bhineka Tunggal Ika. Makanya, untuk mempertahankan kerukunan di Fakfak, aksi Saman tak pernah goyah dalam mempertahankan NKRI di kampungnya.
.
"Kami cinta Indonesia, tak ada yang bisa renggut bendera ini dari tangan saya. Saya rela mati demi NKRI," suara Saman bergetar.
Tidak ada komentar